YBPN Apresiasi SDN Mojo III/222 Surabaya Sebagai Sekolah Pelestari Permainan Tradisional

SURABAYA – Salah dua dari sepuluh objek pemajuan objek kebudayaan adalah permainan rakyat dan olahraga tradisional. Dua hal tersebut kerap dikenal di masyarakat dengan menyebutnya permainan tradisional. Dalam upaya pelestarian kedua objek kebudayaan, salah satu sekolah di Surabaya getol menggaungkan upaya permainan tradisional yakni SDN Mojo III/222.

Sekolah yang terletak di Jalan Kalidami III No. 1 ini sejak 2018 sudah memulai upaya pelestarian permainan tradisional melalui program pojok dolanan. Ditemui saat kunjungan studi banding Yayasan Bimasakti Peduli Negeri di sekolahnya, Nur Chomariah, Kepala SDN Mojo III menyebutkan bahwa memang secara branding sekolahnya sudah dikenal sebagai sekolah pelestari permainan tradisional di Surabaya melalui pojok dolanan.

YBPN apresiasi SDN Mojo III Surabaya sebagai sekolah pelestari permainan tradisional

Yayasan Bimasakti Peduli Negeri saat kunjungan studi banding di sekolah melihat antusiasme warga sekolah dalam melestarikan permainan tradisional dilakukan hampir di setiap sudut sekolah. Mulai dari pojok dolanan di setiap kelas, pojok dolanan sekolah yang berisi permainan ular tangga, dakon hingga engklek yang terletak di depan kelas inklusi. Anggriyan Permana, perwakilan Yayasan Bimasakti Peduli Negeri mengapresiasi gerakan pelestarian yang dilakukan sekolah bisa menyeluruh.

“Tujuan kami kesini memang secara khusus ingin melihat bagaimana penerapan pojok dolanan di sekolah yang sudah terkenal dengan sekolah pelestari permainan tradisional. Karena, kedepan kami juga berencana membuat program kreasi pojok dolanan dan berharap sekolah ini bisa menjadi pioner dan contoh bagi sekolah yang lain,” terang Anggriyan.

Program Pojok Dolanan merupakan program yang mengajak siswa-siswi di kelas untuk membawa dolanan atau mainan yang ada di rumah untuk ditaruh di area pojok depan kelas yang dikenal dengan pojok dolanan. Beragam permainan berhasil dikumpulkan, mulai dari dakon, bekel, gambaran. “Setiap jam istirahat, anak-anak sangat antusias untuk memainkan permainan yang mereka bawa, ada yang bermain dakon, bekel di dalam kelas, sementara ada juga yang bermain lompat tali hingga ular tangga di luar kelas. Kami juga memiliki Rabu Ceria, diluar jam istirahat untuk bermain,” jelas Nur Chomariah.

 

Back to top