JOMBANG – Salah satu problem pemajuan budaya lokal Kesenian Wayang Topeng Sandur Desa Manduro, Kec. Kabuh menemukan titik temu positif. Kali ini, solusi itu datang dari Yayasan Bimasakti Peduli Negeri (YBPN). Melalui program pelestarian budaya lokal, YBPN menyalurkan bantuan seperangkat kostum dan topeng kepada Rifai selaku ketua Sanggar Panji Arum, pengelola kelompok seni Topeng Sandur.
”Melalui pendampingan kepada kelompok pegiat seni dan memfasilitasi peralatan pentas ini, kita harapkan dapat memajukan dan melestarikan kesenian lokal, ” ungkap M. Adistya Dwi Kurniawan, Manajer Yayasan Bimasakti Peduli Negeri.
Proses pendampingan dilakukan selama bulan Juni – Juli. Berlokasi di kediaman Rifai di Desa Manduro, Kec. Kabuh, Jombang. Dari hasil interaksi selama pendampingan, terungkap masih cukup banyak kendala yang dihadapi kelompok pegiat seni Sandur. Tiga kendala utama itu antara lain lambatnya proses regenerasi pemain, lemahnya proses kreatif sehingga tampilan belum banyak diterima masyarakat luas dan kurang terlibatnya institusi pendidikan dasar dan menengah di sekitar desa.
Rifai menjelaskan, saat ini pihaknya membutuhkan pendampingan lanjutan agar dapat memiliki buku panduan Tari Sandur. Buku tersebut nantinya diharapkan dapat dimasukkan dalam kurikulum muatan lokal di jenjang SDN & SMPN minimal di wilayah Kec. Kabuh.
”Ketertarikan siswa dan guru di Kec. Kabuh terhadap Seni Sandur dapat dibentuk dengan dukungan pemerintah, swasta dan kampus. Agar kesenian ini tidak punah ,’’ ujar Rifai. Tidak hanya buku panduan saja, pegiat kesenian Tari Topeng Sandhur yang sudah turun menurun mewarisi kebudayaan ini mengaku merindukan “Tanggapan” atau Pentas menari Sandhur di acara-acara maupun event baik itu skala lokal maupun nasional.
“Saya sakjane (sebenarnya) ini kangen Tanggapan (Pentas) mas, terakhir kali pentas ya sebelum pandemi. Karena buat saya, salah satu cara melestarikan dan mengenalkan kesenian ini adalah dengan cara pentas di berbagai macam acara,” terang Rifai.
Sandur Manduro merupakan pertunjukan teater tardisional yang memadukan seni musik, tari, rupa, teater dan sastra. Kesenian ini pernah berjaya di era 1970-an di kawasan Jombang Utara, termasuk Kec. Kabuh. Dalam pementasan, disuguhkan Tari Bapang, Tari Klono, Sapen, Punakawan, Gunungsari, Panji, Jaranan, Burung. Kesenian tari Sandur ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WTBP) Kab. Jombang pada tahun 2017.
Di Desa Manduro, saat ini terdapat tiga kelompok seni Sandur. Masing-masing ketua kelompoknya adalah Rifai, Pardi dan Asep.(*)