Sarasehan Budaya YBPN Jadi Ajang Bertukar Gagasan Antar Pegiat Budaya Jawa Timur

MOJOKERTO – Salah satu dari 4 pilar nilai-nilai yang menjadi visi dan misi Yayasan Bimasakti Peduli Negeri adalah kebudayaan. Sarasehan Budaya yang rutin digelar setiap Jumat malam satu bulan sekali menjadi wujud implementasi kegiatan kebudayaan di yayasan. Kegiatan yang turut mengundang berbagai macam komunitas, padepokan, organisasi, pegiat hingga penghayat spiritual ini dalam kalender jawa selalu diselenggarakan setiap malam Sabtu Pon.

Sedikitnya 150 orang yang berasal dari komunitas, organisasi hingga pegiat budaya di area Mojokerto dan sekitarnya selalu hadir seakan sarasehan budaya menjadi wadah penyambung tali silahturahmi antar mereka. Dalam sarasehan budaya, ada satu topik yang menjadi pokok pembahasan yang dinahkodai oleh seorang moderator. Topiknyapun akan berganti setiap bulannya, mulai dari unsur religiuitas hingga spiritualitas, topik atau tema sarasehan dikupas secara bergantian oleh masing-masing perwakilan kelompok.

Sarasehan Budaya YBPN menjadi ajang tukar gagasan antar pegiat atau komunitas budaya di Jawa Timur

Tepat pada pukul 8 malam, rangkaian kegiatan sarasehan dibuka oleh nyanyian tembang macapat yang dibawakan oleh teman-teman ISI Surakarta, mrnyanyikan lagu Indonesia Raya hingga prolog mengenai topik pembahasan Sarasehan pada Jumat Malam, 12 Oktober 2023. Dengan mengangkat tema Kawula Mung Saderma, Mobah Mosik Kersaning Hyang Sukma, yang artinya kita hanya sekedar menjalankan, segala gerak langkah adalah atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

Satu persatu perwakilan dari masing-masing kelompok atau komunitas pegiat budaya menyampaikan pandangan atau ide gagasannya mengenai topik sarasehan pada malam itu yang berlangsung dengan khidmat, intim namun tetap penuh nuansa keramahan dan kekeluargaan. Membuat Sarasehan menjadi salah satu implementasi kegiatan budaya yang intim, hangat meskipun diselenggarakan malam hingga menjelang dini hari. Dinginnya udara pada malam itu masih kalah dengan bagaimana ganyengnya, intimnya saling beradu gagasan antar peserta.

Tidak hanya sarasehannya, sajian makan malam untuk peserta sarasehanpun disesuaikan dengan konsep kegiatan yang nguri-nguri budaya, sajian menu makan malampun terbilang merupakan menu khas tempo dulu yakni nasi jagung, nasi ampok, sayur lodeh, hingga minuman secang. Sarasehanpun ditutup dengan kesimpulan, nyanyian puji-pujian bahasan Jawa hingga pembacaan doa.

Back to top