Jakarta, CNBC Indonesia – Investasi dari perusahaan modal ventura dan private equity pada startup diprediksi akan mencapai US$70 miliar atau setara Rp 1.029 triliun (asumsi US$1 = Rp 14.700) dalam lima tahun ke depan atau meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Laporan ini juga memprediksika akan ada 10 startup unicorn atau bervaluasi di atas US$1 miliar pada 2024. Ini merupakan laporan dari Bain & Company yang dipublikasikan Senin (19/11/2018).
Sejak 2012 dana investor yang mengalir ke Asia Tenggara, dan saat ini jumlahnya sudah naik dua kali lipat karena mereka tertarik akan fundamental makroekonomi yang kuat di kawasan ini dan peluang investasi yang masih terbuka lebar. Bermunculannya Startup dengan model bisnis menjanjikan juga jadi katalis masuknya investor.
Sebagian besar dana investor tersebut mengalir ke perusahaan teknologi baru. Pada 2017 nilainya meningkat menjadi 40%. Sejak 2012, 10 startup unicorn termasuk Grab, Go-Jek dan Traveloka telah menciptakan kapitalisasi pasar gabungan sebesar US$34 miliar. Nilai ini peringkat ketiga di Asia Pasifik di belakang China dan India.
Penasihat senior Bain & Company Suvir Varma dan prinsipal Alex Boulton, penulis laporan tersebut, berharap sektor teknologi berkontribusi 20 hingga 40 persen dari nilai kesepakatan selama lima tahun ke depan, khususnya sektor teknologi keuangan.
Mereka menambahkan bahwa minat investor di bidang kesehatan dan pendidikan, “sektor dengan potensi pertumbuhan jangka panjang yang signifikan, tetapi secara tradisional terpecah-belah”, juga akan melipatgandakan.
Perkembangan yang pesat ini ternyata mengancam eksistensi dari Singapura sebagai pusat investasi di Asia Tenggara. Survei Bain & Company lainnya menunjukkan hampir 90 persen investor mengatakan pasar Asia Tenggara di luar Singapura pada 2018-19 yang paling diincar adalah Indonesia dan Vietnam.
Jumlah perusahaan di Indonesia yang mendapat pendanaan putaran pertama pada tahun 2017 meningkat lebih dari 300 persen dari tahun 2012. Bersama-sama, Indonesia dan Vietnam menghasilkan 20 persen dari nilai kesepakatan modal swasta di kawasan itu selama lima tahun terakhir, dan persentase itu mungkin tumbuh, kata Bain.
Untuk saat ini, “investasi di Asia Tenggara sedang berlangsung, tetapi tantangan baru, terutama meningkatkan persaingan dan meningkatnya valuasi, yang berada pada level tertinggi dalam satu dekade, akan mengharuskan investor untuk berhati-hati”, kata Boulton seperti dikutip dari Straits Times.
Laporan Bain juga mencatat bahwa inisiatif pemerintah telah memainkan peran penting yang mendukung modal ventura dan keberlangsungan pusat startup. Pada bulan Oktober 2017, Bank Sentral Singapura kembali menyederhanakan proses otorisasi untuk manajer modal ventura untuk membantu mendukung bisnis tahap awal dan tahap pertumbuhan.
Langkah-langkah ini dan yang lainnya telah membantu meningkatkan persentase startup yang berbasis di Singapura yang menerima pendanaan lanjutan ke tingkat yang sama dengan startup di Eropa, kata Bain.
Pemerintah di seluruh Asia Tenggara sedang mengejar kebijakan serupa. Pada 2016, pemerintah Vietnam mengumumkan akan menawarkan dukungan hukum dan keuangan kepada 2.600 start-up selama 10 tahun ke depan melalui akseleratornya, Silicon Valley Vietnam.